
Kekalahan itu layak diterima Juventus dalam sebuah pertandingan yang berlangsung cukup menarik. Nerazzurri memiliki organisasi permainan yang bagus, meski bersifat pragmatis.
Ada banyak taktik hebat yang dilakukan pelatih Inter Andrea Stramaccioni dalam membuat pertandingan ini menjadi mempesona. Penampilan individual pemain-pemain Inter juga memberi keuntungan buat tim.
Masalah Juventus memang di sektor penyerang.
Dari 23 gol yang mereka lakukan di musim ini, hanya sembilan yang
dilakukan para striker, dengan rata-rata 40 persen. Menurut Gazzetta dello Sport,
dalam sepuluh tahun terakhir, hanya Juventus yang terburuk. Bahkan
musim lalu, hanya rata-rata 37 persen. Dalam hampir satu dekade ini,
kontribusi striker dalam mencetak gol mencapai sekitar 65-70 persen.
Itulah masalah Juventus dalam urusan mencetak gol dalam tiga pertandingan sebelumnya. Di antara pertandingan terakhir di Liga Champions lawan Nordsjaelland dan dua pertandingan terakhir di kompetisi domestik, Juventus hanya melakukan shot 77 kali, dengan mencetak hanya empat gol.
Itulah masalah Juventus dalam urusan mencetak gol dalam tiga pertandingan sebelumnya. Di antara pertandingan terakhir di Liga Champions lawan Nordsjaelland dan dua pertandingan terakhir di kompetisi domestik, Juventus hanya melakukan shot 77 kali, dengan mencetak hanya empat gol.
2 Orang Pecundang dalam Pertandingan Juventus - Inter
Adalah Paolo Tagliavento, wasit yang melakukan empat
kesalahan di pertemuan Milan-Juventus pada musim lalu, kembali
melakukannya pada Sabtu lalu. Selain tidak menentukan posisi off-side
Kwadwo Asamoah saat terjadi gol Juventus, ia tidak memberikan kartu
merah untuk Stephen Lichtsteiner. Padahal, ia sebelumnya sudah mendapat
kartu kuning dan seharusnya mendapat kartu merah setelah melakukan tekel
brutal.
Di babak kedua, Tagliavento mulai memberi
kartu kuning untuk sejumlah pemain Juventus, yakni Andrea Pirlo, Giorgio
Chiellini, Leonardo Bonucci. Sang pengadil juga memberi hadiah penalti
untuk Inter, meski Milito menganggap itu adalah penalti lunak. Namun,
secara keseluruhan, kurang berkompetennya wasit jelas terlihat.
Beruntung, itu bisa diimbangi dengan permainan yang berlangsung bagus.
Kemenangan yang meyakinkan ini membuat persaingan gelar menjadi kembali
terbuka.
Dan salah seorang lagi pecundang itu adalah presiden Inter Massimo Moratti, pernyataannya sempat mengganggu. Ketimbang merayakan kemenangan, petinggi klub ini tampaknya lebih tertarik membuka "peti mati" yang sudah dikubur pada 2006. "Kartu merah tidak diberikan [untuk Lichsteiner] adalah sebuah kesalahan yang dilakukan dengan tujuan," keluh pria berusia 67 tahun itu usai pertandingan.
Meski tidak ada hubungannya dengan masa lalu, namun di Italia, bahkan anak kecil pun tahu kalau Inter punya "skeletons in the closet"
(rahasia-rahasia di masa lalu yang tidak mau diungkap). Faktanya, tidak
ada seseorang pun yang butuh kembali jauh ke belakang untuk mencari
pertandingan di mana Inter memanfaatkan kesalahan yang dilakukan wasit.
Itu terjadi di Derby Milan pada empat pekan yang lalu.
Moratti tentunya bukan satu-satunya orang yang melakukan kesalahan berbicara, namun yang jelas, ia melewatkan peluang menjadi "sang juara yang bagus." Sebaiknya presiden klub itu berhenti terus mengeluh tentang wasit, tapi fokus dengan nilai-nilai positif di dalam sepakbola Italia yang tidak akan pernah datang dengan terlalu dini.
Moratti tentunya bukan satu-satunya orang yang melakukan kesalahan berbicara, namun yang jelas, ia melewatkan peluang menjadi "sang juara yang bagus." Sebaiknya presiden klub itu berhenti terus mengeluh tentang wasit, tapi fokus dengan nilai-nilai positif di dalam sepakbola Italia yang tidak akan pernah datang dengan terlalu dini.
0 comments:
Post a Comment